Congyang, Miras Lokal Hasil Percampuran Budaya

- 2 Maret 2021, 14:52 WIB
Minuman beralkohol Cap Tiga Orang atau Congyang brand lokal Kota Semarang
Minuman beralkohol Cap Tiga Orang atau Congyang brand lokal Kota Semarang /ARAHKATA/Instagram/shopandshipigpage

Namun seiring berjalannya waktu, minuman A Djong kian lama ditinggalkan karena rasanya yang dinilai terlalu panas, mirip seperti arak China.

Rasa A Djong bagi para konsumen di Semarang dirasa kurang nikmat di lidah, tenggorokan, dan perut mereka.

Hal inilah yang kemudian menyebabkan A Djong berangsur makin meredup.

Karena persoalan inilah muncul inovasi baru dalam bentuk merk Congyang pada tahun 1980-an.

Congyang lahir berkat tangan dingin sosok bernama Koh Tiong.

Ia mengkreasikan minuman A Djong menjadi Congyang mendapatkan antusiasme dari masyarakat Kota Semarang.

Pertama kali ‎Congyang diproduksi di sebuah rumah, tepatnya di sebelah Klenteng Siu Hok Bio yang berada di Jalan Wotgandul, kawasan Pecinan Semarang.

Congyang pun mulai beredar sekitar 1980-an silam. Sejak awal minuman lokal ini memang diproduksi massal sebagai komoditas dagang.

Berbeda dengan ciu atau arak dan minuman tradisional lain di Indonesia, Congyang identik sebagai tradisi yang mengakar di masyarakat atau kultural.

Khasiat Congyang yang sebenarnya diracik secara khusus oleh Koh Tiong untuk meningkatkan keperkasaan bagi kaum adam, yakni dengan takaran khusus 1 sloki.

Halaman:

Editor: Agnes Aflianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah