AMDI: Pengelola Media Online Sedang Panen Besar

- 12 November 2020, 20:24 WIB
Kepala Divisi Pengembangan Monetasi, SEO dan IT Asosiasi Media Digital Indonesia (AMDI) Idris Daulat.
Kepala Divisi Pengembangan Monetasi, SEO dan IT Asosiasi Media Digital Indonesia (AMDI) Idris Daulat. /Arahkata.com

ARAHKATA - Asosiasi Media Digital Indonesia (AMDI) mengungkapkan bahwa para pengelola media online dan konten kreator di Indonesia, saat ini sedang menikmati guyuran uang lewat Google, Temasek dan Bain and Company.

Hal itu diungkapkan oleh Kepala Divisi Pengembangan Monetasi, SEO dan IT Asosiasi Media Digital Indonesia (AMDI) Idris Daulat.

“Sebagian besar mereka menikmatinya melalui “big advertising” Google Adsense, banyak pemain media sekarang ini panen besar, mereka meraup melalui konten youtube, konten instagram, konten blogger dan konten media online,” tutur pria yang banyak bekerja dalam meningkatkan rating SEO media online ini.

Menurut Idris, saat ini sudah ada Youtuber yang mampu meraup pendapatan Rp 8 miliar dalam sebulan. Kemudian untuk media online juga ada yang sudah meraup pendapatan puluhan miliar dari jumlah subscribed dan klik aplikasi platform medianya. Namun Idris tidak mau membuka data youtuber, instagram seleb dan media online yang meraup angka miliaran tersebut.

Baca Juga: Belliana Lovell Bikin Video Mirip Gisel, Netizen Bereaksi

“Ada trik dan cara mengembangkan media online agar bisa meraup pendapatan maksimal dari raksasa agen iklan global, Google Adsense atau MGID atau aplikasi agen iklan global lainnya, karena mereka mem placement iklan dan sponsor artikel serta membayar mitra medianya berdasarkan kualitas berita dan jumlah pembaca atau penontonnya,” papar Idris.

Beberapa parameter menjadi rujukan bagi media online untuk bisa ikut menikmati kue iklan dari Google Adsense dan beberapa platform aplikasi agen iklan global yang nilai total potensi pendapatannya bisa mencapai 9 Miliar Dolar AS untuk belanja global.

Menurut Idris, ada sejumlah parameter bagi media online untuk bisa kecipratan dana besar potensi belanja media online global. Pertama, konten yang diproduksi harus memiliki diferensial advantage.

“Jangan sekali-kali media mengekor atau follow ke media online lainnya yang sudah eksis dan punya pembaca tinggi, maka dipastikan akan tenggelam dan gagal meraih iklan dari Google adsense secara maksimal, karena bertumbuh pesatnya media online, nyaris kontennya seragam dan tidak inovatif, semua beritanya koor alias sama materinya,” katanya.

Baca Juga: Citibank Raih Laba Bersih 1,9 T di Kuartal Ketiga 2020

Kedua, lanjut Idris, perwajahan media online harus selalu di update dengan desain dan lay out yang fresh. Yang berkelas.

“Gampang kok caranya, tinggal beli aplikasi WordPress kelas premiun atau desain customize kalau bisa mengadopsi desain layout media-media kelas internasional seperti The Nations, Washington Post, dan sebagainya,” kata Idris.

Yang ketiga, si media online ini harus bekerja keras dan fokus menaikkan jumlah pembacanya setiap hari dengan berbagai strategi. Mulai dari memaintenance SEO, mengup grade backlink, membangun komunitas pembaca dan beberapa strategi lainnya.

“Setiap hari selalu memantau data di Alexa, Google Analitical, atau aplikasi statistik web lainnya untuk melihat seberapa banyak media kita dibaca, semakin besar yang membaca dan mengakses media kita, maka akan semakin besar peluang untuk meraup dan meningkatkan pendapatan melalui Google Adsense kita,” katanya.

Baca Juga: Ariel Noah Aransemen Ulang “Bukannya Aku Takut” Duet Dengan Mirriam Eka

Dalam dunia media online parameter pengakuan terhadap media ditentukan dengan produktivitas konten berita, jumlah pelanggan dan jumlah pembaca berita. Karena dengan jaminan jumlah pembaca yang sangat besar maka media tersebut memiliki tingkat impresion (interaktif media dengan pembaca,red) yang sangat tinggi.

Perusahaan Informasi dan Pengukuran Global Nielsen mengeluarkan hasil risetnya terkait belanja iklan selama masa pandemi Covid-19. Dari penelitian tersebut ditemukan, belanja iklan sempat jatuh pada kuartal II 2020, namun perlahan mulai merangkak naik di Juli 2020.

Yang menarik, belanja iklan pada media digital atau website sepanjang medio Januari-Juli 2020 sebesar Rp 24,2 triliun, posisi ini jauh lebih baik jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu dimana angkanya yang masih berada di single digit atau tepatnya Rp 9 triliun.

Hasil ini diperoleh Nielsen dari survei ke 200 media digital populer selama 7 bulan terakhir.

Seperti diketahui, bisnis media online ke depan sangat menjanjikan dan menggiurkan. Hingga kini ada potensi pendapatan naik 200 persen mencapai 9 Miliar Dolar AS. Dan saat ini traffic income media online sudah mencapai 3,5 Miliar Dolar AS.

Selain media online, jasa perjalanan online melalui aplikasi platform akan meraup uang dari 10 miliar dolar AS menjadi 25 miliar dolar AS. Kemudian jasa kendaraan online juga akan meraup pendapatan dari 5,7 miliar dolar AS menjadi 18 miliar dolar AS.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan proyeksi dari hasil riset oleh Google, Temasek, dan Bain & Company, akan ada transaksi e-commerce naik lebih dari empat kali lipat yaitu dari 20 miliar dolar AS menjadi 82 miliar dolar AS.

Riset tersebut juga memperkirakan potensi untuk internet dari 2019 ke 2025 akan naik lebih dari tiga kali lipat dari 40 miliar dolar AS menjadi 133 miliar dolar AS.***

Editor: Ahmad Ahyar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x