ITB Serukan Proses Demokratisasi Teknologi, Ini Penjelasannya

29 Januari 2021, 23:16 WIB
Institut Teknologi Bandung /Google Street View Juni 2019

ARAHKATA - Dunia pendidikan di Indonesia makin bersinar. Tak hanya mencetak generasi muda yang berwawasan, tapi juga sukses. Hal itu dibuktikan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB).

Buktinya, ITB dikenal sebagai salah satu kampus yang lulusannya berhasil membangun startup. Dari hasil riset pada 2017 silam, diketahui terdapat 14 lulusan ITB yang sukses dengan startup.

Melansir dari itb.ac.id, dari keempat belas orang tersebut, dihasilkan 10 buah startup dengan bidang yang berbeda-beda. Kesepuluh startup itu ialah Bukalapak, Jojonomic, Fabelio, eFishery, Snapcart, Kudo, Amartha, Adskom, UrbanIndo, dan Agate.

Baca Juga: Pengamat Minta Pemerintah Reloksi Kawanan Monyet di Perumahan Dinas Puspitek Tangsel

Wajar saja, ITB merupakan salah satu kampus tertua di Indonesia. ITB diketahui telah berusia 100 tahun.

Dari siaran pers yang diterima arahkata.com, Jumat 29 Januari 2021, ITB berdiri pada 3 Juli 1920 dengan nama Technische Hoogeschool te Bandoeng disingkat TH te Bandoeng, TH Bandung, atau THS.

Lulusan ITB dikenal memiliki alumni yang kental dengan semangat perjuangan dan gotong royong. Serta mendorong domokratisasi disegala bidang, utamanya demokratisasi teknologi.

Baca Juga: Walikota Bekasi Pantau Kebakaran Dinas Pendidikan

Saat ini, ITB memiliki visi untuk masyarakat Indonesia. Salah satunya, membangun kesadaran untuk menggunakan potensi semaksimal mungkin.

“IA ITB memiliki peran strategis untuk menyadarkan bahwa Indonesia adalah negara besar dengan potensi luar biasa, namun belum didayagunakan seoptimal mungkin,” sebut Bakal Calon Ketua Umum IA ITB Periode 2021-2025, Bimo Sasongko dalam siaran persnya.

ITB berharap dengan program ini bisa menggandeng Sumber Daya Manusia (SDM) untuk bekerja sama. Agar bisa membangun Indonesia bersama-sama.

Baca Juga: Soal Galon Sekali Pakai, Ini Penjelasan KLHK

“IA ITB perlu membentuk platform gotong royong para intelektual bangsa yang sesuai dengan pembangunan manusia Indonesia khususnya membentuk SDM terbarukan. Karena selama ini para intelektual bangsa lebih suka kerja sendiri dan terlalu sibuk dengan ambisi masing-masing. Akibatnya progres kemajuan bangsa tesendat dan indeks daya saing SDM bangsa  belum menggembirakan,” ,” tambahnya.

“Perlu terobosan dalam pembangunan manusia agar bisa membuahkan produktivitas yang tinggi serta meningkatnya nilai tambah lokal. Saatnya kerja yang cerdas dan berkualitas, bukan kerja asal kerja karena dampak pandemi Covid-19 telah mendorong dunia melakukan tatanan baru,” ujarnya.

Visi yang dilakukan ITB itu sesuai dengan ajaran nenek moyang. Intelektual Indonesia kerja bersama disemangati oleh nilai tradisi keIndonesiaan yang telah membumi berabad-abad. Esensi kerja bersama adalah "holopis kuntul baris" yang identik dengan perilaku gotong royong ajaran leluhur bangsa.

Baca Juga: Sikap Tokoh Papua dan Papua Barat Bersama Papua Diaspora Terkait Otsus Jilid II

Lalu diformulasikan secara ideologis oleh seorang alumnus ITB yakni Presiden RI pertama Soekarno dan dilanjutkan oleh Presiden ke-3 Bapak BJ. Habibie.

Makna terdalam yang terkandung lembaga pendidikan tinggi seperti ITB adalah menyiapkan sebanyak mungkin SDM Iptek yang unggul. Baik SDM yang menggeluti hi-tech atau teknologi canggih maupun teknologi tepat guna yang sangat dibutuhkan oleh usaha rakyat.

Untuk mencetak dua kategori SDM Iptek tersebut dibutuhkan program yang progresif dan luar biasa.

Baca Juga: Emil Beberkan Kondisi Jalan Tol Longsor yang Ambles

Menyiapkan SDM tanpa mewujudkan demokratisasi teknologi tidak akan optimal. Generasi milenial Indonesia sebagian besar hanya menjadi obyek produk teknologi dari luar negeri.

Generasi milenial semakin kecanduan konsumerisme produk teknologi tanpa berdaya menumbuhkan nilai tambahnya.

IA ITB berperan untuk membangun ruang kreatifitas dan inovasi segenap milenial bangsa. Sehingga proses demokratisasi teknologi nantinya bisa terwujud.

Apalagi tren menunjukkan bahwa korporasi dunia sedang menekankan inisitif dan program demokratisasi teknologi.

Baca Juga: Eiger Protes YouTuber 'Kaki Lima', Pakar Komunikasi: Berhasil Mencuri Perhatian Publik

“Saatnya segenap IA ITB bisa tampil sebanyak-banyaknya menjadi skunk works pembangunan. Agar bangsa ini bisa melakukan lompatan yang dramatis. Seperti Leprechauns si pelompat yang luar biasa. Leprechauns telah menjadi legenda sekaligus ikon kemajuan bangsa Irlandia.,” pungkasnya.

Perlu diketahui, Irlandia Merupakan negeri yang berhasil melakukan lompatan besar sehingga dalam waktu yang singkat ( kurang dari satu generasi ) bisa mewujudkan kemajuan dan kemakmuran.

Negeri yang bangga mendapat julukan sang Leprechauns itu kini memiliki pendapatan nasional per kapita yang lebih tinggi dari Jerman, Prancis, dan Inggris.

Baca Juga: Eiger Jadi Trending Topic di Twitter, Netizen Justru Gemas

Irlandia dianggap sebagai acuan negara maju, seharusnya bisa menyadarkan generasi muda untuk berjuang bersama.

Mencetak generasi emas Indonesia tidak semudah membalikkan tangan. Harus ada usaha keras untuk melepas belenggu sistem pendidikan nasional lalu dibutuhkan inisiatif jitu yang sesuai semangat zaman.

Karena pendidikan menjadi kunci kemajuan dan cara terbaik untuk meningkatkan martabat bangsa.

Baca Juga: Cegah Penyebaran Covid 19, Astra Tol Terbitkan Struk Digital

“Proses pendidikan mestinya tidak terjebak dalam rutinitas dan formalitas belaka. Tetapi harus ada terobosan yang bersifat inovatif, kreatif dan transformatif dalam hal mencetak generasi emas menuju bangsa yang maju,” tutupnya.***

Editor: Ahmad Ahyar

Tags

Terkini

Terpopuler