Jokowi: Indonesia Jadi Negara Terdepan Kembangkan Kendaraan Listrik

26 Maret 2022, 09:36 WIB
Niat Vladimir Putin Hadir di KTT G20 Bali, Jokowi Bangun 60 Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik /Tangkapan layar/YouTube Sekretariat Presiden/

ARAHKATA - Jelang pertemuan G20, Indonesia akan memaksimalkan penggunaan kendaraan listrik.

Kesempatan tersebut untuk mengetahui eksistensi Indonesia dalam menggunakan kendaraan listrik di dunia.

Hal itu dikatakan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) ketika meresmikan peluncuran Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) Ultra Fast Charging pada Jumat, 25 Maret 2022.

Baca Juga: Jokowi Resmikan Mobil Listrik Pertama Buatan Indonesia

“Melalui penggunaan mobil listrik selama konferensi tingkat tinggi (KTT) G20 juga sekaligus sebagai showcase bahwa negara kita negara Indonesia menjadi negara terdepan dalam pengembangan kendaraan listrik,” ucap Jokowi Jumat, 25 Maret 2022.

Guna mewujudkan hal tersebut, Jokowi menilai Indonesia harus mempersiapkan segalanya mulai dari hulu hingga ke hilir, yaitu mulai dari industri baterai dan komponen lainnya hingga penyiapan SPKLU dan home charging

“Kita tunjukkan kepada dunia bahwa ekosistem kendaraan listrik di Indonesia tengah tumbuh dan berkembang cepat,” tambahnya.

Baca Juga: Kemenkes: G20 Bisa Jadi Perantara Buat Vaksin Global

Jokowi pun mengapresiasi Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang telah mempersiapkan 60 SPKLU Ultra Fast Charging 200 KW dan 150 titik fasilitas home charging yang akan dipergunakan oleh seluruh delegasi dalam mendukung pelaksanaan KTT G20 di Bali, pada November 2022 mendatang. 

Jokowi juga menegaskan bahwa kendaraan listrik merupakan bagian dari desain besar transisi energi dari energi fosil ke energi baru terbarukan.

Ketergantungan Indonesia pada bahan bakar minyak energi fosil yang semakin tinggi harus dihentikan agar kemandirian energi dapat diwujudkan. 

Baca Juga: Wajib Tahu! Kiat Cerdas Membeli Sepeda Motor Listrik

“Ketergantungan kita pada bahan bakar minyak (BBM) pada energi fosil semakin tinggi dan sampai saat ini pemenuhan kebutuhan BBM kita, kita tahu semuanya masih impor, membebani defisit, membebani anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) kita, membebani defisit transaksi berjalan dan defisit neraca perdagangan," paparnya.

"Oleh sebab itu kondisi ini tidak boleh kita biarkan kita harus mencari cara agar bisa mewujudkan kemandirian energi,” lanjutnya.***

Editor: Tia Martiana

Tags

Terkini

Terpopuler