Peru Perpanjang Keadaan Darurat di Kota-Kota yang Dilanda Protes

- 16 Januari 2023, 09:46 WIB
Para demonstran mengambil foto dengan ponsel mereka di Cuzco, Peru (14/12/2022), selama pembakaran peti mati tiruan yang ditujukan untuk Presiden Peru Dina Boluarte, saat pemerintah mengumumkan keadaan darurat nasional pascaprotes selama seminggu dipicu oleh penggulingan mantan Presiden Pedro Castro
Para demonstran mengambil foto dengan ponsel mereka di Cuzco, Peru (14/12/2022), selama pembakaran peti mati tiruan yang ditujukan untuk Presiden Peru Dina Boluarte, saat pemerintah mengumumkan keadaan darurat nasional pascaprotes selama seminggu dipicu oleh penggulingan mantan Presiden Pedro Castro /Reuters/ANTARA

ARAHKATA - Peru memperpanjang keadaan darurat di Ibu Kota Lima dan dua wilayah lainnya selama 30 hari.

Kebijakan itu diambil setelah protes maut terhadap pemerintah memicu kekerasan terburuk di negara itu.

Pada Desember, Peru mengumumkan keadaan darurat nasional selama sebulan setelah demonstrasi pecah atas penggulingan mantan Presiden Pedro Castillo, yang berusaha membubarkan Kongres dan memerintah melalui dekrit.

Baca Juga: Demi Gift di TikTok Orang Tua Dibuat Mandi Lumpur, Mensos Ancam Polisikan Pelaku

Bentrokan antara pengunjuk rasa dan pasukan keamanan telah merenggut lebih dari 40 nyawa dalam beberapa pekan terakhir.

Perpanjangan status darurat tersebut memberi wewenang khusus kepada polisi dan membatasi kebebasan, termasuk hak untuk berkumpul.

Pemerintah juga menerapkan jam malam di Ibu Kota Lima dan dua wilayah lainnya, yaitu Puno dan Cusco, dilansir Reuters dikutip ArahKata.com pada Senin, 16 Januari 2023.

Baca Juga: Garong Uang Rakyat Benny Tjokro Divonis Nihil di Kasus Asabri, Kejagung: Kesalahan yang Sangat Fatal

Dalam aksi jalan kaki di Lima pada Sabtu, 14 Januari, para pengunjuk rasa mengibarkan bendera nasional di samping spanduk berbingkai hitam sebagai tanda berkabung.

Mereka juga mengecam Presiden Dina Boluarte, yang sehari sebelumnya telah meminta maaf atas kematian pengunjuk rasa dan meminta penyelidikan atas insiden itu. 

Protes terhadap Presiden Dina Boluarte, yang sebelumnya menjabat wakil presiden di bawah Castillo, meluas sejak mantan Presiden Pedro Castillo dicopot dari jabatan. 

Baca Juga: Lukas Enembe Contoh Pejabat Ugal-ugalan Korupsi, Tegas Harus Diproses Hukum

"Dia munafik," kata pengunjuk rasa bernama Tania Serra ketika berbicara di tengah teriakan massa, yang berdesak-desakan dengan polisi --yang dilengkapi perlengkapan antihuru hara.

"Dia bilang maaf, maaf, tapi dia tidak keluar untuk berbicara, dia mengirim polisi, tentara untuk membunuh," katanya soal Dina Boluarte.

Pada 12-13 Januari, jajak pendapat oleh Ipsos Peru yang diterbitkan di surat kabar Peru 21 pada Minggu, 15 Januari 2023 mencatat 71 persen orang Peru tidak menyetujui pemerintahan Presiden Dina Boluarte.

Baca Juga: Kasus Ciki Ngebul Racun dalam Pangan Bernitrogen Cair, Ancam Kesehatan Anak-anak

Para pengunjuk rasa mendesak Presiden Boluarte untuk mundur dari jabatannya. Mereka juga meminta Pedro Castillo, yang ditangkap karena "pemberontakan", dibebaskan.*** 

Editor: Wijaya Kusnaryanto

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x