Kebijakan Gubernur Khofifah Larang Ekspor Bibit Porang Diniai Tepat

23 Agustus 2021, 19:27 WIB
Anggota Komisi B DPRD Jawa Timur, dr. Agung Mulyono /Adi Suprayitno/ARAHKATA

ARAHKATA – Anggota Komisi B DPRD Jawa Timur, dr. Agung Mulyono mendukung kebijakan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa yang melarang ekspor bibit porang. Larangan ekspor diberlakukan menyusul banyak bibit porang dijual ke luar negeri.

Larangan ini Gubernur Khofifah dengan mengusulkan penerbitan peraturan daerah mengenai larangan tersebut. Khofifah menerbitkan Pergub nomor 30 tahun 2021 tentang pengawasan peredaran benih porang.

Dalam Pergub tersebut disebutkan benih porang atau katak porang dilarang diekspor. Bibit porang boleh diekspor ketika sudah panen dan diolah dalam bentuk chip (keripik) atau tepung.

Baca Juga: Isyarat Anies Jakarta Lanjut PPKM Level 4 Meski Sudah Hijau

"Kami sangat mengapresiasi Gubernur Jatim karena adanya larangan ekspor bibit tanaman porang. Ini sangat membantu para petani untuk bisa mendapatkan bibit porang," tegasnya, dikonfirmasi, Senin 23 Agustus 2021.

Agung mendorong budidaya tanaman porang semakin menggeliat di Jawa Timur.

Apalagi, pandemi COVID-19 ini sangat memukul perekonomian di Jawa Timur. Dengan banyaknya budidaya porang, ekonomi masyarakat bakal terkerek naik.

Baca Juga: Vaksin COVID-19 Tahap 42 Tiba di Indonesia

Menurutnya, tanaman porang ialah komoditas prospektif yang bisa menambah daya gedor ekonomi keluarga, sekaligus mempercepat pemulihan ekonomi nasional melalui sektor pertanian secara luas.

"Porang ini sangat luar biasa. Nilainya juga luar biasa. Apalagi porang ini bisa ditanam di segala situasi, baik yang banyak pohon (dataran tinggi) maupun dataran rendah. Jadi memang sangat luar biasa," ujarnya.

Apalagi, lanjut Politisi Partai Demokrat ini, Kementerian Pertanian (Kementan) sejauh ini terus mempersiapkan bibit porang unggul, yang memiliki rentan waktu panen lebih cepat dan berkualitas.

Baca Juga: PUPR Cairkan Rp542 Miliar untuk Pesantren, Simak Infonya!

Agung juga terus mengawal agar sektor pertanian lebih ditingkatkan, khususnya tanaman porang ini. Ia terus berupaya memperjuangkan agar anggaran pertanian lebih diprioritaskan, karena memang hampir semua sektor terpengaruh dampak Covid-19, termasuk pertanian.

"Nah Porang ini yang masih ada peluang di suasana pandemi," katanya.

Porang juga bisa menjadi bahan baku produk kosmetik dan subtitusi nasi. Besarnya potensi porang di Jatim menjadikan pemerintah menyediakan bantuan permodalan berupa kredit usaha rakyat (KUR) porang yang besar.

Baca Juga: NasDem Jatim Bidik Ponpes Untuk Vaksinasi 25 Ribu Dosis

Dokter alumnus Unair ini menyampaikan bahwa di dapilnya yang meliputi Banyuwangi, Situbondo dan Bondowoso, para petani porang sudah mulai dikenalkan cara pengolahan umbi dengan mesin modern. Hal tersebut untuk meningkatkan perekonomian para petani lokal.

"Kami juga melakukan pembinaan porang di Banyuwangi dengan cabang dinas propinsi yang di Banyuwangi. Berikutnya, menyusul Situbondo dan Bondowoso," pungkasnya.

Sementara, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jawa Timur, Hadi Sulistyo menyebutkan potensi umbi porang di pasar internasional semakin besar. Hal ini dibuktikan dengan nilai ekspor porang yang terus meningkat setiap tahunnya.

Baca Juga: Data Dinsos Tak Update, BLT dan BPNT Warga Mojokerto Tersendat

Pada tahun 2018, kata Hadi, volume ekspor porang dari Jawa Timur mencapai 5,51 ton dengan nilai sekitar Rp 270,3 miliar. Sedangkan pada tahun 2019 meningkat 9 persen, menjadi 6 ton dengan nilai sekitar Rp 297 miliar.

"Lalu pada tahun 2020 meningkat hingga 70 persen di volume 10 ton dengan nilai 499,08 miliar," kata Hadi.

Negara tujuan ekspor porang Jawa Timur antara lain China, Vietnam, Jepang, Thailand, Singapura, Korea Selatan dan Taiwan. Hadi mengatakan, minat petani Jawa Timur untuk menanam porang tiap tahun juga semakin meningkat.

Baca Juga: PPKM Berakhir Hari Ini, Akankah Diperpanjang Lagi?

"Harga umbi porang ini mencapai Rp 7 ribu per kilogram. Dalam hitungan kasar, jika satu hektare menghasilkan 15 ton dengan umur panen 2-3 tahun, maka kurang lebih bisa menghasilkan Rp 105 juta per hektare," paparnya.

Dengan ketersediaan benih porang unggulan, diharapkan mampu meningkatkan produksi porang di Jawa Timur.

"Saat ini baru 17 daerah di Jawa Timur yang jadi produsen Porang. Jadi kesempatan untuk menjadi petani porang masih terbuka lebar," ucap Hadi.

Baca Juga: Catat! Ini Lokasi untuk Suntik Vaksin Pfizer di Jakarta

Hadi menjelaskan, tiap daerah di Jawa Timur bisa ditanami Porang terutama pada lahan yang banyak tegakannya.

"Di sela-sela lahan tegakkan yang kosong itu bisa ditanami dan akan lebih optimal dibandingkan lahan terbuka, selain itu perawatan Porang juga tidak rumit," pungkasnya.***

Editor: Agnes Aflianto

Tags

Terkini

Terpopuler