Mendes PDTT Sambut Positif Ajakan Program Pemajuan Kebudayaan Desa Kemendikbud Ristek

9 Maret 2023, 12:45 WIB
Mendes PDTT Abdul Halim Iskandar menerima kunjungan kerja Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Ristek Hilmar Farid.. /Dok Kemendes PTT/ARAHKATA

ARAHKATA – Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar menerima kunjungan kerja Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) Hilmar Farid.

Dalam pertemuan tersebut, Menteri Abdul Halim Iskandar menyambut positif ajakan Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Ristek RI Hilmar Farid melalui pelaksanaan program Pemajuan Kebudayaan Desa.

Menurut pria yang akrab disapa Gus Halim ini bahwa program yang ditawarkan Kemendikbud Ristek, akar budaya desa yang adaptif akan tetap menjadi tumpuan utama dalam pembangunan desa.

Baca Juga: Modus Penipuan Robot Trading ATG, Kerugian Korban Capai Rp 9 Triliun

Pemajuan Kebudayaan Desa merupakan program prioritas Kemendikbud Ristek yang digagas sejak 2021.

Adapun tujuan program tersebut untuk mendukung proses dan mewujudkan inisiatif pemajuan kebudayaan melalui pemberdayaan masyarakat desa.

“Yang penting basis utama penanganan desa iya di kebudayaan. Banyak hal yang membutuhkan pendampingan untuk mengeksplorasi budaya-budaya positif bagi pembangunan sekaligus kanalisasi dan revitalisasi terhadap nilai budaya, agar sesuai dengan kebutuhan pembangunan,” kata Gus Halim saat menerima Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Ristek Hilmar Farid, di ruang kerjanya, Kalibata, Jakarta, dikutip ArahKata.com pada Rabu, 8 Maret 2023.

Baca Juga: Sidang Sengketa Informasi dengan Bumigas Energi, Termohon Kejagung dan KPK Tidak Hadir

Lebih lanjut, Gus Halim menuturkan, ada pola yang jelas dan harus menyesuaikan dengan masalah, potensi, dan kebutuhan desa yang cenderung memiliki perbedaan antardaerah dalam pelaksanaan program Pemajuan Kebudayaan Desa tersebut.

“Harus dipastikan polanya bagaimana. Tapi tetap harus terukur dan yang jelas harus berkesinambungan dan berkelanjutan,” ujar Gus Halim.

Menurut Gus Halim, program Pemajuan Kebudayaan Desa yang digagas Kemendikbud Ristek selama ini memang sejalan dengan gagasan Kemendes PDTT pada poin Sustainable Development Goals (SDGs) Desa Nomor 18, Kelembagaan Desa Dinamis dan Budaya Desa Adaptif untuk membangun desa tanpa meninggalkan akar budaya yang dimiliki.

Baca Juga: Mahfud MD Sebut Adanya Transaksi Mencurigakan Rp 300 Triliun di Kemenkeu

Gus Halim menegaskan bahwa budaya tidak boleh terkikis oleh kemajuan zaman. Namun, justru menjadi dasar dalam upaya mewujudkan desa-desa yang mandiri. Oleh karena itu, ia mengusulkan sembilan desa di IKN tidak diubah nama dan tradisinya, namun tetap dimodifikasi sehingga menjadi etalase budaya Indonesia.

“Kita selalu membangun pemikiran atau konsep itu, membangun desa jangan sampai tidak bertumpu pada akar budaya atau bahasa lain. Apapun proses pembangunan, kita harus merujuk pada hal obyektif yang bisa dipertahankan,” tegas Gus Halim.

Fokus 235 Desa di Indonesia

Sementara itu, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Ristek Hilmar Farid mengungkapkan bahwa program Pemajuan Kebudayaan Desa akan berfokus pada 235 dari total keseluruhan desa di Indonesia.

Baca Juga: Erick Thohir Copot Direktur Pertamina Pasca Kebakaran Depo Plumpang

“Ratusan desa tersebut akan diberi pendampingan untuk memajukan daerahnya dengan pendekatan kebudayaan,” ungkap Hilmar Farid.

Selain itu, sergahnya kemudian, program Pemajuan Kebudayaan Desa ini diharapkan juga dapat meminimalisir adanya budaya yang sudah terkikis, sehingga kebudayaan desa terselamatkan dan bisa terus dilestarikan.

“Karena terbatas, maka kita fokusnya ke 235 desa. Intinya melakukan pendataan potensi kultural, bukan hanya kesenian tapi juga pengetahuan teknologi termasuk bahasa. Semua dipetakan ngajarin temen-teman desa dengan modal kita seperti ini kira-kira bisa bikin apa,” jelas Hilmar Farid.

Baca Juga: KPK Angkat Bicara, Pasca Firli Bahuri Diterpa Isu Terima Suap Kasus Formula E

Melalui program tersebut, jelas Hilmar Farid, pihaknya ingin mengatasi masalah-masalah desa seperti stunting dan lainnya tetapi pendekatannya lebih fokus ke kebudayaan.

“Perlu proses kultural agar teman-teman bisa menemukan potensi untuk menyelesaikan masalah itu,” pungkas Hilmar Farid.***

 

Editor: Wijaya Kusnaryanto

Tags

Terkini

Terpopuler