Yuk Cari Tahu Sejarah Stasiun Kereta Api Tertua di Yogyakarta!

1 Maret 2021, 20:13 WIB
Stasiun Yogyakarta salah satu bangunan stasiun cagar budaya di Indonesia. /heritage.kai.id/ARAHKATA

ARAHKATA – Daerah Istimewa Yogyakarta dengan berjuta ragam pesonannya, selalu menarik perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara.

Kota yang dijuluki “Kota Pelajar” ini juga memiliki sejarah perkeretaapian yang menjadi cikal bakal moda transportasi andalan masyarakat Indonesia berdiri.

Menilik sejarah kereta api di Yogyakarta tak lepas dari tempat pemberhentiannya alias stasiun.

Baca Juga: Saling Berucap Pengendara Moge Terobos Ring 1 dan Paspampres

Salah satu stasiun tertua yakni Stasiun Yogyakarta di tetapkan sebagai bangunan stasiun cagar budaya, Berdasarkan SK Menteri No PM.25/PW.007/MKP/2007; SK Menbudpar No:PM. 57/PW.007/MKP/2010; Perda DIY No 188 Tahun 2014; SK Menteri Nomor 210/M/2015.

Stasiun Yogyakarta dikenal sebagai salah satu tempat pemberhentian kereta tertua di Indonesia yang terletak ditengah kota, dekat dengan objek wisata serta pusat belanja kawasan Malioboro.

Mulanya, stasiun ini di operasikan sejak 2 Mei 1887 ini merupakan stasiun kereta api kedua di kota Yogyakarta setelah stasiun Lempuyangan yang lebih awal di operasikan 15 tahun sebelumnya.

Baca Juga: Dear Milenial, Sekarang Beli Rumah Bebas PPN Lho!

Jalur kereta api di Yogyakarta pada awalnya dibangun untuk kebutuhan pengangkutan hasil bumi dari daerah Jawa Tengah dan sekitarnya yang menghubungkan Joglosemar (Jogja-Solo-Semarang).

Baru tahun 1905, Stasiun Yogyakarta mulai melayani kereta penumpang.

Stasiun Yogyakarta saat ini sudah menjadi stasiun besar dengan enam jalur kereta yang melayani kereta kelas bisnis dan eksekutif untuk berbagai kota tujuan di Pulau Jawa. Namun jalur ke kota Semarang via Magelang justru sudah tidak beroperasi.

Stasiun ini memiliki keunikan yakni letak bangunan stasiun diapit oleh peron dan jalur kereta api. Komposisi itu disebut stasiun dua sisi, yaitu komposisi yang biasanya digunakan pada stasiun antara yang cukup besar.

Baca Juga: Penikmat Lagu K-Pop Kecewa Munculkan Hastag Spotify di Twitter

Fasad atau bagian depan bangunan yang sekaligus pintu masuk utama stasiun menghadap ke arah Timur atau ke arah Jalan Mangkubumi yang merupakan poros kota Yogyakarta.

Selain sebagai sebagai stasiun penumpang, Stasiun Yogyakarta hingga saat ini juga masih berfungsi sebagai tempat perawatan kereta. Fasilitas tersebut terletak di bagian barat stasiun dan sedikit terpisah dari bangunan utama dan peron penumpang.

Dari bagian depan bangunan stasiun ini dapat dikenali ciri arsitektur langgam Indische Empire yang banyak dianut pada akhir abad ke 19 dan menjadi gaya arsitektur kolonial modern pada awal abad ke 20 di Hindia Belanda.

Baca Juga: Kisah Perjalanan Kereta Api yang Panjang Sejak Awal 1800-an

Salah satu cirinya adalah susunan denah dan tampak bangunan yang simetris terkesan rapi dan sederhana, tidak terdapat bentuk-bentuk yang berlebih-lebihan yang juga merupakan pengaruh dari Neo Renaissance.

Tetapi pengaruh awal arsitektur modern juga terlihat kuat dengan ornamentasi bergaya Art Deco, berupa komposisi garis - garis vertikal dan horizontal serta lubang - lubang dinding roster yang berguna untuk cross ventilation sebagai pemberi karakter bangunan.

Baca Juga: Xiaomi Bikin Aplikasi Saingan Clubhouse Versi Android

Pada kedua sisi terdapat bangunan terbuka dengan struktur baja beratap lebar yang memayungi area peron dan emplasemen.

Bangunan terbuka dengan struktur baja yang menaungi emplasemen menunjukkan adanya penyesuaian terhadap iklim tropis setempat.

Penambahan overstek dengan atap berbentuk busur untuk melayani pertumbuhan penumpang yang semakin tinggi.***

Editor: Agnes Aflianto

Tags

Terkini

Terpopuler